dan kudesiskan sepotong kata,
kuantar dan kutitipkan di telingamu untuk kau sampaikan pada hatimu,
kau tertegun lalu matamu menjamah setiap sudut yang terlihat,
kenapa ?
apa aku tak terlihat?
bisikku membelai telingamu.
kau berbalik dan meraba hampa,
ahhh....sayang, kenapa hatimu menolak adanya aku?
bila hatimu buta, bagaimana bisa kau melihatku?

dan kutiupkan angin untuk membawamu menari,
terasakah dinginku?
kau terdiam dan menyentuh dinginku,
ya...sayang, itu aku
terlihatkah aku sekarang?

lalu hatimu berbisik mesra,
bahagiakah aku sekarang?
aku tersenyum dan mengajak tanganmu berdansa seperti september itu,
bukankah sudah kukatakan bahwa kau adalah denyutku,
kau adalah sampan yang membawaku ke semua tempat inginku,
kau adalah hidupku.

kupeluk kau dengan kebekuan abadiku,
kubisikan kata perlahan ke bibirmu,
lalu matamu membulat dan menatapku luka,
ya..sayang, kau sama sepertiku
hanya hatimu yang terus menyangkal,
bahwa dunia tak berpangkal ini milikmu juga...

cukup berkesan

tak ada yang perlu di edit lagi

trims
Ponco

keyen....

ya..sayang, kau sama sepertiku
hanya hatimu yang terus menyangkal,
bahwa dunia tak berpangkal ini milikmu juga...

.....
indahhh....

ehm...klepek-klepek euy!!!

romansa yang penulis sajikan di sini terkesan sangat nyata,

penghayatan yang begitu dalam serta pengolahan kata yang cukup matang, membuat puisi ini seperti kata yang di bisikan oleh hati..sehingga saat membacanya..tak terkesan hanya sebagai gundukan kata...melainkan kata hati yang kau bisikan dengan sangat lembutnya.

huft!!
asah terus penjiwaannya...bersenyawalah dengan karya!!


salam sastra

zoeys